​​

Waspada! Hindari Bisnis Senja Sekarang Juga

Beberapa waktu yang lalu, ada teman yang bercerita ketertarikannya dengan bisnis radio. Ya, radio FM yang sekarang mungkin hanya didengar di angkot, tukang cukur, atau pasar tradisional. Bisnis yang sudah tua dan hanya menunggu kematiannya.

Seperti majalah, koran, dan beberapa bisnis media cetak lainnya, radio bahkan televisi adalah bisnis senja yang sudah seharusnya diantisipasi, bukan malah kita buat baru / berinvestasi pada bisnis yang sama. Kehadiran teknologi yang bernama internet adalah alasan mengapa bisnis ini menjadi usang dan tak layak dipertahankan.

Bisnis-bisnis senja di sektor lainnya semisal bahan bakar, jasa administrasi, juga hanya menunggu waktunya untuk berhenti. 

Mari kita belajar dari brand yang sudah sangat terkenal, legenda, namun sudah tidak relevan dengan gaya hidup zaman kini, Coca-cola.

Raksasa bisnis minuman bersoda sejak perang dunia I itu telah lama digemari oleh semua orang di dunia. Coca-cola menjadi top of mind di masyarakat ketika membeli minuman berkarbonasi. Meskipun pesaingnya, Pepsi, secara konsisten juga meraup keuntungan penjualan produknya.

Masuk ke era milenial, banyak kampanye gaya hidup sehat yang berdampak pada penjualan Coca-cola. Minuman dengan kandungan gula itu tidak dapat menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap isu kesehatan yang ditimbulkan dari konsumsi Coca-cola.

Bukan tanpa usaha, Coca-cola sempat membuat varian produk Coca-cola zero sugar. Namun demikian, tidak dapat menghilangkan perspesi kepada brand tersebut sebagai minuman yang tidak sehat. Coca-cola menyadari ini dan memilih bertahan dengan cara berinvestasi pada beberapa brand minuman kesehatan.

Pelajaran penting dari Coca-cola bahwa untuk mempertahankan bisnis, tidak perlu memusuhi lawan terberatnya, minuman kesehatan, jika bisa jadikan mereka menjadi sahabat bahkan keluarga. Pepsi adalah pesaing coca cola, dan persaingan itu bagus. Namun, jika dihadapkan dengan "lawan" yang bertolak belakang dengan bisnis, kita perlu berdamai dan menerimanya.

Apa yang dilakukan oleh Coca-cola, adalah pivot. Pivot perlu dilakukan ketika perusahaan berada di ujung tanduk menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk, pilihan untuk bankrut.

Kasus yang hampir sama, tidak dilakukan oleh Nokia. Perusahaan handphone terkenal pada masanya itu tidak dapat mempertahankan produknya seiring massive-nya gempuran smartphone Android.

Terlambat melakukan pivot, dapat berpengaruh pada eksistensi perusahaan. Pivot adalah opsi yang paling memungkinkan untuk bisnis-bisnis yang sudah senja.

Maka, bukan tidak mungkin kita akan melihat brand samsung membuat produk motor listrik, atau toyota mengeluarkan produk laptop.


​​
Pelatihan Digital Marketing Masyarakat Desa Kedungpring